Senin, 08 Juni 2015

Bagaimana seharusnya kita bekerja


Bekerja di dalam suatu instansi atau perusahaan ibarat sebuah team artinya kita bekerja demi untuk proses tujuan atau kepentingan perusahaan.

Untuk mencapai tujuan di dalam bekerja satu sama lain harus saling mendukung dan bekerja sama  dengan sebaik-baiknya. Kekompakan harus selalu dijaga dan tetap utuh dan solid.

Seiring dengan perjalanan waktu masih saja teori tetap teori dan dipraktekkan hanya sesaat saja selanjutnya kembali lagi seperti semula. Ada banyak alasan suatu team bisa tidak sejalan atau tidak kompak salah satunya ada faktor-faktor x, ya seperti ajang pemilihan di televisi ya "x factor", namun faktor ini tidak mau terlihat malah terbungkus dengan rapi tetapi hanya klise, hanya sebuah casing saja.

Suasana kerja yang baik akan menciptakan kinerja yang prima. Sebaliknya jika permasalahan kerap muncul, maka para karyawan akan merasa malas bekerja karena tidak nyaman. Untuk itu penting menjaga hubungan kerja tetap harmonis.

Suasana kerja jangan seperti fatamorgana, kelihatannya rukun, damai dan kompak jika dilihat dari luar tetapi kenyataannya carut marut dan berantakan.

Untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan kompak selalu harus tercipta kekompakan dan kerukunan setiap hari, sikap ini harus dijaga selalu, harus kompak dan saling melengkapi.

Sebenarnya tidak mesti ada peraturan khusus agar karyawan bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan, ini lebih tertuju pada pribadi masing-masing karyawan. Kekompakan atau lebih tepatnya kerukunan didalam bekerja harus diciptakan dari karakter masing-masing karyawan, jika salah satu ada yang melanggar dari kekompakan tersebut, maka akan sangat berpengaruh terhadap yang lainnya.

Tempat kerja merupakan rumah kedua bagi karyawan, layaknya rumah maka suasana seperti keluarga, ada orang tua dan anak. Untuk selalu menciptakan suasana seperti ini, maka ada faktor-faktor yang harus selalu dijaga antara lain:

1. Tujuan Bekerja
Apa sebenarnya motivasi awal kita bekerja, itu yang akan membuat kita merasa lebih nyaman dalam bekerja. Tidak menutup kemungkinan tujuan bekerja sudah pasti untuk mendapatkan uang, kita tidak sebut itu tujuan kita bekerja juga sudah pasti akan mendapatkan uang atau gaji. Tapi kalau niat awal kita ibadah, dalam menerima uang atau gaji akan lebih bersyukur dan berkah yang akan menciptakan kebahagiaan sebagai tujuan umum manusia.

2. Sikap Tegas dan Adil Pimpinan
Tekanan dari berbagai macam pihak mungkin sudah cukup menguji mental seorang pemimpin, tapi jangan jadikan ini alasan untuk berhenti bersikap sabar. Lagi pula Pemimpin yang tidak sabaran dan ingin apapun yang serba instan malah akan membawa kerugian pada perusahaan. Jangan lupa untuk selalu berusaha mendengarkan pendapat orang lain, hal ini akan meningkatkan kewibawaan seorang pemimpin di depan bawahan.

Seorang Pemimpin memang punya kekuasaan, tapi bukan berarti ia bebas bersikap diktator. Jika pemimpin ingin memiliki karyawan yang loyal maka jauhi sifat diktator. Akibat bersikap diktator biasanya para bawahan cenderung tak berani untuk menyampaikan pendapatnya yang bisa jadi membawa pengaruh positif untuk perusahaan.

Seorang Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, tindakan dan perilakunya secara tidak langsung memberikan contoh terhadap bawahannya. 

Pemimpin harus bersikap tegas dan adil terhadap bawahannya, tidak boleh pilih kasih yang akan menimbulkan sifat kecemburuan sosial bagi karyawan lainnya. Jika suatu peraturan secara umum tidak berlaku, maka seterusnya tidak berlaku juga dengan yang lainnya.

3. Pahami sifat orang di dalam perusahaan
Semua orang memiliki sifat yang berbeda dan itu berarti kita sebagai karyawan tidak bisa memperlakukan semua orang dengan sistem pukul rata. Bisa-bisa terjadi salah paham antara sesama teman kerja karena tidak memahami watak masing-masing. Dengan memahami sifat teman akan jadi lebih leluasa dalam bekerja karena sudah mengetahui karakter masing-masing, karakter bukan berlaku kepada nasabah saja tetapi sebagai karyawan kita juga harus menerapkannya dalam bekerja.

4. Saling Menghormati satu sama lain
Sikap menghormati terhadap atasan adalah hal yang biasa dilakukan dan memang sudah seharusnya dilakukan, tetapi saling menghormati sesama teman sekerja ini harus benar-benar dari hati yang ikhlas, bukan kehormatan semu. Jika ada orangnya kita hormati, kalau tidak ada orangnya suka menjelek-jelekkan. Sikap ini adalah sikap negatif harus kita ubah menjadi sikap yang positif. Jujur terhadap perilaku sendiri adalah modal kerja yang sehat dan dapat terus dipertahankan.

5. Menjaga Kerapihan Bekerja
Seorang karyawan kerapihan tidak hanya dilihat dari kerapihan cara berpakaiannya saja tetapi juga kerapihan pengarsipan berkas atau data-data baik itu yang terdapat di file masing-masing atau yang terletak di meja kerjanya masing-masing.
Jika meja kerjanya terlihat rapi kita dapat melihat bahwa cara bekerjanyapun dapat dikatakan rapi.  Jika masing-masing bagian pekerjaan rapi misalkan bagian kredit rapi, teller rapi, accounting rapi, kantor juga rapi, maka suasana kerja pun akan enak dan nyaman dilihat mata.

6. Bersikap Jujur dalam Bekerja
Orang Jujur ini langka dan selalu banyak musuhnya. Kejujuran dalam bekerja membuat suasana kerja yang kita jalani akan indah, tenang dan nyaman. Kalau sudah berbohong dia akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan berikutnya atau ketidak jujuran yang telah dilakukannya.

7. Tidak menyinggung Hati / Perasaan
Masalah hati / perasaan ini bukan masalah kecil, orang bisa jadi baik dan bisa jadi jahat itu karena hatinya. Berhati-hatilah dengan kata-kata yang kita ucapkan, tingkah laku yang kita perbuat jangan sampai menyinggung perasaan teman kita. Selalu meminta maaf, takut-takut kata atau perbuatan kita menyinggung teman kita. Tapi jangan sengaja meminta maaf atas ketersengajaan yang kita perbuat karena hati ini akan tahu itu sengaja atau tidak nya perbuatan dilakukannya.

8. Jangan menyelesaikan masalah dengan Emosi
Setiap pekerjaan apapun sudah pasti punya masalah, tidak ada pekerjaan yang tidak mengandung resiko apa lagi pekerjaan yang berhubungan dengan publik. Cara menyelesaikannya pun jangan dengan  cara emosi tetapi harus dengan cara yang baik dan santun karena ini berhubungan dengan nama baik perusahaan itu sendiri. Ingat Emosi tidak akan menyelesaikan masalah tapi malah memperkeruh masalah.

9. Ciptakan suasana kerjasama 
Ciptakanlah suasana kerjasama yang tulus karena ini modal leluhur dan bangsa kita selalu bekerja sama. Saling nasehat menasehati di dalam kebaikan. Tegur teman secara halus jika ia mulai melenceng, dan yang ditegur juga harus berlapang dada mengakui salah jika memang salah, jangan sudah salah dikasih tahu malah marah dan ujung-ujungnya bawa jabatan. Harus berlapang dada atau sportif dalam bekerja.

10. Ikhlas
Bekerja harus dengan ikhlas akan enjoy, tidak ada beban. Tergantung tujuan kita bekerja ini apa, kalau tujuannya ibadah, maka akan nikmat aja dalam bekerja.

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui tetapi sekedar saling mengingatkan satu sama lain demi tujuan, cita-cita dan kepentingan bersama.
#Kangmaul



Rabu, 03 Juni 2015

Type Calon Nasabah Masa Kini


Seiring dengan perkembangan jaman diikuti pula oleh perkembangan dunia perkreditan atau Lembaga Keuangan (Perbankan, sehingga banyak Bank-Bank Umum terjun ke dunia mikro ekonomi yang intinya mereka ikut bersaing juga dengan Bank Perkreditan Rakyat yang sudah terlebih dahulu bergerak di bidang mikro ini.

Calon Nasabah adalah seseorang yang mau menjadi Debitur dari suatu Lembaga Keuangan dengan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan berlaku di Lembaga Keuangan tersebut.
Karena begitu banyaknya lembaga keuangan jadi masih ada kemungkinan jika tertolak disatu tempat ia bisa pindah ke lain tempat dengan menggunakan prinsip "Siapa tahu di setujui". Atau ada juga mereka berpindah dari satu lembaga ke lembaga lainnya yang lebih dikenal dengan istilah "tack over, dengan mengharapkan ada keringanan bunga atau peningkatan plafond jumlah pinjaman.

Jadi banyak Nasabah atau Calon Nasabah ini memang sudah pandai atau menguasai kepandaiannya sebagai Nasabah berdasarkan pendidikan yang didapat secara langsung ketika menjadi nasabah di Lembaga Keuangan / Perbankan.

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka lembaga keuangan/bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan harus benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penelitian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penelitian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Biasanya kriteria penilaian yang umum harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C

1.  Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dipercaya. Dalam hal ini bank meyakini benar bahwa calon debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk, atau penipu. Untuk dapat membaca sifat atau watak dari calon debitur dapat dilihat sari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.

2.  Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak permohonan dari calon debitur. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

3.  Capital
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon debitur. Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya. Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4.  Condition
Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5.  Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun yang nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Itu adalah Prinsip Umum yang sering dilakukan oleh Lembaga Keuangan/Perbankan, namun berdasarkan pengalaman yang sering terjadi di lapangan, ada beberapa type calon nasabah sbb:

1. Nasabah SKSD
Calon Nasabah ini istilahnya sok kenal sok dekat, ia menunjukkan dirinya seakan-akan kenal lama dan merasa sok akrab, padahal dalam dunia perbankan boleh saja akrab atau dekat tapi dalam batas-batas kewajaran dengan prinsip saling menghormati dan saling menghargai, tidak lebih.

2. Nasabah Boss
Calon Nasabah ini bukannya nasabah dari referensi Boss tetapi nasabah yang tingkah lakunya seperti Boss, mau terima bersih, kalo perlu ga usah survei dan cair langsung. Calon Nasabah seperti ini kalau bermasalah biasanya selalu menghindar.

3. Nasabah Telepon.
Calon Nasabah ini sebelum disetujui permohonannya selalu aktif menelepon, hampir setiap saat telepon terus menanyakan perkembangan kreditnya. Biasanya nasabah seperti ini agak susah dihubunginya jika ada masalah dikemudian hari. Bayar sih bayar cuma harus selalu ditelpon terus untuk selalu mengingatkan pembayarannya.

4. Nasabah Manja
Calon Nasabah ini maunya dijemput terus, baik itu data, pembayaran angsuran. Pada umumnya Nasabah ini bagus pembayarannya cuma harus punya waktu ekstra untuk selalu menjemputnya. Dan Nasabah ini tidak banyak percaya kepada yang lainnya, kalo sudah setia dengan satu lembaga seterusnya dia akan percaya.

5. Nasabah Kepo
Ini merupakan Nasabah lucu juga memusingkan karena terlalu banyak pertanyaan, setiap ada peluang untuk ditanya selalu ditanyakannya.  Nasabah ini karena selalu berhati-hati dalam setiap hal, maka ia juga hati-hati dan tidak mau kalau yang diagunkannya hilang. Nasabah ini bagus dalam pembayarannya.

6. Nasabah Topeng
Nasabah ini sepintas benar dan selalu yakin akan kesanggupan pembayarannya. Kalo kita sebutkan nanti jumlah angsurannya sekian... Biasanya dia akan mengatakan oke, ga masalah. Topeng disini maksudnya kredit yang diterimanya tidak sepenuhnya untuk dirinya, biasanya untuk orang lain atau dipakai bersama dengan orang lain. Kita akan tahu nasabah topeng ini setelah terjadi kemacetan pembayarannya, baru dia cerita bahwa pinjaman yang diterimanya untuk orang lain atau berdua dengan teman atau saudaranya.

7. Nasabah Standar
Nasabah ini selalu mengikuti prosedur yang berlaku, selalu menjaga pembayarannya. Cuma terkadang dari pihak perbankan banyak meragukannya. Yang tahu persis adalah yang dekat sekali dengan calon nasabah ini.

8. Nasabah Fiktif
Nasabah ini nyaris sempurna, semua data mendukung. Mesti benar-benar hati-hati dan waspada dalam melihat data dan survei jaminan atau pekerjaannya karena nasabah ini memang sengaja mau melakukan kenakalan. Untuk jenis kendaraan pastikan kendaraannya ada dan cocokkan dengan no rangka mesinnya. Untuk jaminan tidak bergerak lihat keaslian suratnya dan posisi jaminan yang tertera di suratnya.

Demikian yang dapat saya informasikan berdasarkan pengalaman yang di dapat dari lapangan. Oke tetap semangat. #kangmaul